Malang, yustitiamedia.com -Langkah kaki para penari, tabuhan musik dan deretan busana warna-warni menyulap jalanan Desa Rejosari, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, menjadi panggung perayaan. Rabu (17/9/2025) malam itu, ribuan pasang mata terpukau menyaksikan “Carnival Rejosari Village 2025”, sebuah pawai budaya yang digelar untuk menyemarakkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
Sebanyak 19 grup peserta turut ambil bagian dalam karnaval ini. Empat di antaranya berasal dari lembaga pendidikan, sementara 15 lainnya dari kelompok masyarakat umum. Setiap grup menampilkan kreativitasnya: mulai dari atraksi seni, kostum tradisional, hingga pertunjukan khas yang memancarkan identitas Nusantara.
Bagi Kepala Desa Rejosari, Juri karnaval ini bukan sekadar hiburan tahunan. Ia melihatnya sebagai wujud nyata kebersamaan dan kebanggaan warga.
“Alhamdulillah, cuaca cerah sangat mendukung. Warga dari semua lapisan penuh semangat. Saya berharap kegiatan ini tidak hanya meriah hari ini, tapi juga membawa manfaat bagi Rejosari ke depan,” katanya dengan wajah penuh syukur.
Tema “Carnival Rejosari Village 2025” memang dirancang untuk mengedepankan pelestarian budaya. Bagi Juri, pawai ini adalah cara agar generasi muda mengenal dan mencintai warisan bangsa.
“Kita ingin anak-anak dan pemuda tumbuh dengan rasa bangga pada budaya sendiri. Inilah tujuan utama dari karnaval ini,” imbuhnya.
Apresiasi juga datang dari Camat Bantur, Bayu Jatmiko, yang hadir langsung di tengah kerumunan penonton. Ia menilai Rejosari berhasil menampilkan wajah desa yang maju, tidak hanya melalui acara budaya, tetapi juga melalui prestasi di bidang pemerintahan.
“Rejosari ini hebat. Selain masyarakatnya kompak dan ekonominya bergerak lewat acara seperti ini, desa ini juga masuk lima besar pelayanan publik terbaik dan empat besar desa paling taat pajak di Kecamatan Bantur. Ini bukti bahwa Rejosari tidak hanya kuat dalam budaya, tetapi juga unggul dalam tata kelola,” ungkapnya.
Bayu berharap prestasi tersebut menjadi teladan bagi desa lain. Baginya, Rejosari sudah menunjukkan bahwa kekuatan budaya bisa berjalan seiring dengan kualitas pelayanan publik.
“Kita ingin Rejosari terus tumbuh, bukan hanya di kegiatan sosial budaya, tetapi juga dalam pembangunan desa yang profesional dan berdaya saing,” pungkasnya.
Carnival Rejosari Village 2025 pun berakhir meriah. Namun semangat yang ditinggalkannya lebih dari sekadar pesta jalanan. Ia menjadi simbol persatuan warga, kebanggaan pada budaya, sekaligus penanda bahwa Desa Rejosari sedang menapaki jalan menuju desa yang lebih maju dan membanggakan. (*)
Tinggalkan Balasan